aa

aa

Sabtu, 19 November 2016

Farmasi di Cina, India, dan Indonesia





PENGANTAR FARMASI

Dosen:
Herda Ariyani, M.Farm, Apt.




 

KELOMPOK 6 :
AGUSTINA                   1648201110002
ARIEF ERSYANDI        1648201110006
DWI MONIKA. S           1648201110011
FAUZIAH                      1648201110014
FUAD AMRILLAH        1648201110016
HAMIDAH                     1648201110018
MITA KURNIATI          1648201110027


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
BANJARMASIN
2016


Farmasi di Cina, India, dan Indonesia
1.    Farmasi Cina
Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan tradisional yang berkembang di Yunani, Timur Tengah, Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya. Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang tertentu secara turun-temurun dari keluarganya. Di Negara Cina, para tabib mendapatkan ilmunya dari keluarga secara turun-temurun. Itu gambaran dari “ilmu farmasi” kuno di Cina. (Dheelis, 2012).
Buku tentang bahan obat-obatan pertama kali ditulis di Cina sekitar 2735 SM. Para pengguna awal Cina dikenal pada materi medica adalah Shennong Bencao Jing (Herb-Akar Klasik Petani Divine), datang kembali keabad 1. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan selama dinasti Han dan dikaitkan dengan mitos Shennong. Literature sebelumnya termasuk daftar resep untuk penyakit tertentu, dicontohkan oleh “Resep untuk 52 Penyakit” manuskrip, ditemukan di makam Mawangdui, pada 168 SM.
       



Kefarmasian di Cina menurut legenda pertama kali dikembangkan oleh Shen Nung (sekitar 2000 SM). Seorang kepala suku yang telah mencari dan menginvestigasikan khasiat obat dari ratusan herbal. Beliau diyakini mencobakan beberapa herbal tersebut terhadap dirinya sendiri, serta menulis Pen T-Sao pertama, tulisan tentang herbal-herbal asli yang berisikan 365 jenis obat-obatan. Sesuatu yang masih dipuja oleh orang Cina asli penghasil obat sebagai wujud perlindungan Tuhan untuk mereka. Shen Nung secara menakjubkan menguji beberapa herbal, kulit kayu, dan akar diperoleh dari ladang, rawa-rawa, dan hutan yang masih dikenal dalam bidang kefarmasian hingga kini.
 Menggunakan background “Pa Kua”, suatu simbol matematis dari penciptaan dari penciptaan dan kehidupan. Tanaman-tanaman obat yang ditemukan oleh Shen Nung antara lain podophyllum, rhubarb, ginseng, stramonium, kulit kayu, cinnamon, dan ma huang, atau disebut juga ephedra. (Anonim, 2016).


2.    Farmasi India
Pada kemerdekaan pada tahun 1947, India warisan sistem untuk profesi farmasi dari penguasa Inggris yang terorganisir dan tidak ada pembatasan hukum atas praktik farmasi. Konsep praktik farmasi tidak menyadari sampai setelah kemerdekaan diperoleh. Pada tahun 1948, Farmasi Act5 diberlakukan sebagai standar minimum pertama bangsa kualifikasi pendidikan untuk praktik farmasi untuk mengatur praktek, pendidikan, dan profesi farmasi.
Saat ini, salah satu kebutuhan setidaknya diploma di apotek untuk praktek sebagai seorang apoteker. Ketentuan UU diimplementasikan melalui Farmasi Dewan India (PCI) 0,6 Undang-undang mengharuskan masing-masing negara untuk mendirikan dewan farmasi negara yang bertanggung jawab untuk mengendalikan dan mendaftarkan apoteker di negara masing-masing. Sepanjang makalah ini kata "institusi" telah digunakan untuk menggambarkan kedua perguruan tinggi atau sekolah dan universitas. Bahasa Inggris adalah satu-satunya bahasa pengantar untuk semua lembaga farmasi. (Basak, 2010).

3.        Farmasi Indonesia
Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih muda dan baru dapat berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman penjajahan, baik pada masa pemerintahan Hindia Belanda maupun masa pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya sangat lambat, dan profesi ini belum dikenal secara luas oleh masyarakat. Sampai proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi Indonesia pada umumnya masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang sangat sedikit.
Tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark, Austria, Jerman dan Belanda. Namun, semasa perang kemerdekaan, kefarmasian di Indonesia mencatat sejarah yang sangat berarti, yakni dengan didirikannya Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten pada tahun 1946 dan di Bandung tahun 1947. Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang didirikan pada masa perang kemerdekaan ini mempunyai andil yang besar bagi perkembangan sejarah kefarmasian pada masa-masa selanjutnya.
Dewasa ini kefarmasian di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam dimensi yang cukup luas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan teknologi yang cukup luas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan teknologi yang cukup modern telah mampu memproduksi obat dalam jumlah yang besar dengan jaringan distribusi yang cukup luas. Sebagian besar, sekitar 90% kebutuhan obat nasional telah dapat dipenuhi oleh industri farmasi dalam negeri
Demikian pula peranan profesi farmasi pelayanan kesehatan juga semakin berkembang dan sejajar dengan profesi-profesi kesehatan lainnya  Selintas Sejarah Kefarmasian Indonesia
1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaan
Tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada umumnya diawali dengan pendidikan asistem apoteker semasa pemerintahan Hindia  Belanda.
2. Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958
Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai bertambah jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker Negeri (Republik) yang pertama, dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang, sementara itu jumlah apoteker juga mengalami peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri maupun lulusan dari dalam negeri.
3. Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967
Pada periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam kenyataannya industri-industri farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara lain kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga industri yang dapat bertahan hanyalah industri yang memperoleh bagian jatah atau mereka yang mempunyai relasi dengan luar negeri.
Pada periode ini, terutama antara tahun 1960 – 1965, karena kesulitan devisa dan keadaan ekonomi yang suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat berproduksi sekitar 30% dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu, penyediaan obat menjadi sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari impor. Sementara itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik banyak terjadi kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan standar. (Nguyen, Tiffany, 2008).



DAFTAR PUSTAKA
1. Dheelis. 2012. Sejarah Farmasi. https://dheelis.wordpress.com/2012/04/30/sejarah-farmasi/.
(20 Oktober 2016).
2. Anonim. 2016. History of Pharmacy. https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_pharmacy.
(20 Oktober 2016).
3. Basak, C.Subal. 2010. Pharmacy Education in India.
(21 Oktober 2016).
4. Nguyen,Tiffany. 2008. Sejarah Kefarmasian Indonesia.

Pharmaceutical Care (Pelayanan Kefarmasian)





PENGANTAR FARMASI
Dosen:
Herda Ariyani, M.Farm, Apt.






KELOMPOK 6 :
AGUSTINA                  1648201110002
ARIEF ERSYANDI        1648201110006
DWI MONIKA. S           1648201110011
FAUZIAH                      1648201110014
FUAD AMRILLAH        1648201110016
HAMIDAH                     1648201110018
MITA KURNIATI          1648201110027


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
BANJARMASIN
2016
            
        
Pharmaceutical  Care/Pelayanan Kefarmasian
     Defenisi
            Pelayanan kefarmasian adalah menyediakan pelayanan langsung dan bertanggung jawab yang berkaitan dengan obat, dengan maksud pencapaian hasil yang pasti dan mengangkat mutu kehidupan pasien.

    Unsur utama
            Unsur utama dari pelayanan kefarmasian adalah berkaitan dengan obat; pelayanan yang langsung, hasil terapi yang pasti, mutu kehidupan dan tangung jawab apoteker.
    
     A. Berkaitan dengan obat
            Kehidupan farmasi melibatkan bukan saja terapi obat (penyediaan sebenarnya obat), melainkan juga keputusan tentang penggunaan obat untuk pasien individu.
    
     B. Pelayanan langsung
              Inti konsep pelayanan adalah kepedulian, perhatian pribadi terhadap kesehatan orang lain. Layanan menyeluruh pasien terdiri dari berbagai bidang pelayanan terpadu, mencangkup antara lain pelayanan medis, pelayanan keperawatan dan pelayanan farmasi.
    
     C. Hasil terapi yang pasti
                Sasaran kepedulian yang pasti adalah meningkatkan mutu kehidupan inti individu pasien, melalui pencapaian hasil terapi yang pasti dan berkaitan dengan obat hasil terapi itu ialah :
                                                 i.        Kesembuhan penyakit,
                                               ii.        Peniadaan atau pengurangan gejala pasien,
                                              iii.        Menghentikan atau memperlamabat proses penyakit, dan
                                             iv.        Pengarahan penyakit atau gejala.

     
                D. Masalah yang berkaitan dengan obat
                           Adalah suatu kejadian atau keadaan yang melibatkan terapi obat dan nyata atau mungkin mempengaruhi hasil optimal untuk pasien tertentu (Yustina, 2007).





DAFTAR PUSTAKA

Yustina, Sri, 2007. Apotek.Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.09 Oktober 2016