PENGANTAR FARMASI
Dosen:
Herda Ariyani, M.Farm, Apt.
KELOMPOK 6 :
AGUSTINA 1648201110002
ARIEF ERSYANDI 1648201110006
DWI MONIKA. S 1648201110011
FAUZIAH 1648201110014
FUAD AMRILLAH 1648201110016
HAMIDAH 1648201110018
MITA KURNIATI 1648201110027
ARIEF ERSYANDI 1648201110006
DWI MONIKA. S 1648201110011
FAUZIAH 1648201110014
FUAD AMRILLAH 1648201110016
HAMIDAH 1648201110018
MITA KURNIATI 1648201110027
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
FAKULTAS
FARMASI
PROGRAM
STUDI S1 FARMASI
BANJARMASIN
2016
Farmasi di Cina, India, dan Indonesia
1.
Farmasi
Cina
Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan
pengobatan tradisional yang berkembang di Yunani, Timur Tengah, Asia kecil,
Cina, dan Wilayah Asia lainnya. Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang
tertentu secara turun-temurun dari keluarganya. Di Negara Cina, para tabib
mendapatkan ilmunya dari keluarga secara turun-temurun. Itu gambaran dari “ilmu
farmasi” kuno di Cina. (Dheelis, 2012).
Buku tentang bahan obat-obatan pertama kali ditulis
di Cina sekitar 2735 SM. Para pengguna awal Cina dikenal pada materi medica
adalah Shennong Bencao Jing (Herb-Akar Klasik Petani Divine), datang kembali keabad 1. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan selama
dinasti Han dan dikaitkan dengan mitos Shennong. Literature sebelumnya termasuk
daftar resep untuk penyakit tertentu, dicontohkan oleh “Resep untuk 52
Penyakit” manuskrip, ditemukan di makam Mawangdui, pada
168 SM.
Kefarmasian di Cina menurut legenda pertama kali
dikembangkan oleh Shen Nung (sekitar 2000 SM). Seorang kepala suku yang telah
mencari dan menginvestigasikan khasiat obat dari ratusan herbal. Beliau
diyakini mencobakan beberapa herbal tersebut terhadap dirinya sendiri, serta
menulis Pen T-Sao pertama, tulisan tentang herbal-herbal asli yang berisikan
365 jenis obat-obatan. Sesuatu yang masih dipuja oleh orang Cina asli penghasil
obat sebagai wujud perlindungan Tuhan untuk mereka. Shen Nung secara
menakjubkan menguji beberapa herbal, kulit kayu, dan akar diperoleh dari
ladang, rawa-rawa, dan hutan yang masih dikenal dalam bidang kefarmasian hingga
kini.
Menggunakan background “Pa Kua”, suatu simbol
matematis dari penciptaan dari penciptaan dan kehidupan. Tanaman-tanaman obat
yang ditemukan oleh Shen Nung antara lain podophyllum, rhubarb, ginseng,
stramonium, kulit kayu, cinnamon, dan ma huang, atau disebut juga ephedra. (Anonim, 2016).
2.
Farmasi
India
Pada kemerdekaan pada tahun 1947, India warisan
sistem untuk profesi farmasi dari penguasa Inggris yang terorganisir dan tidak
ada pembatasan hukum atas praktik farmasi. Konsep praktik farmasi tidak
menyadari sampai setelah kemerdekaan diperoleh. Pada tahun 1948, Farmasi Act5
diberlakukan sebagai standar minimum pertama bangsa kualifikasi pendidikan
untuk praktik farmasi untuk mengatur praktek, pendidikan, dan profesi farmasi.
Saat ini, salah satu
kebutuhan setidaknya diploma di apotek untuk praktek sebagai seorang apoteker.
Ketentuan UU diimplementasikan melalui Farmasi Dewan India (PCI) 0,6 Undang-undang mengharuskan masing-masing
negara untuk mendirikan dewan farmasi negara yang bertanggung jawab untuk
mengendalikan dan mendaftarkan apoteker di negara masing-masing. Sepanjang
makalah ini kata "institusi" telah digunakan untuk menggambarkan
kedua perguruan tinggi atau sekolah dan universitas. Bahasa Inggris
adalah satu-satunya bahasa pengantar untuk semua lembaga farmasi. (Basak, 2010).
3.
Farmasi
Indonesia
Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya
relatif masih muda dan baru dapat berkembang secara berarti setelah masa
kemerdekaan. Pada zaman penjajahan, baik pada masa pemerintahan Hindia Belanda
maupun masa pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya sangat
lambat, dan profesi ini belum dikenal secara luas oleh masyarakat. Sampai
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi Indonesia pada
umumnya masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang sangat sedikit.
Tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal
dari Denmark, Austria, Jerman dan Belanda. Namun, semasa perang kemerdekaan,
kefarmasian di Indonesia mencatat sejarah yang sangat berarti, yakni dengan
didirikannya Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten pada tahun 1946 dan di Bandung
tahun 1947. Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang didirikan pada masa perang
kemerdekaan ini mempunyai andil yang besar bagi perkembangan sejarah
kefarmasian pada masa-masa selanjutnya.
Dewasa ini kefarmasian
di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam dimensi yang cukup luas dan
mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan teknologi yang cukup luas
dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan teknologi yang cukup
modern telah mampu memproduksi obat dalam jumlah yang besar dengan jaringan
distribusi yang cukup luas. Sebagian besar, sekitar 90% kebutuhan obat nasional
telah dapat dipenuhi oleh industri farmasi dalam negeri
Demikian pula peranan profesi farmasi pelayanan
kesehatan juga semakin berkembang dan sejajar dengan profesi-profesi kesehatan
lainnya Selintas Sejarah Kefarmasian
Indonesia
1.
Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaan
Tonggak
sejarah kefarmasian di Indonesia pada umumnya diawali dengan pendidikan asistem
apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.
2.
Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958
Pada
periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai
bertambah jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka
sekolah asisten apoteker Negeri (Republik) yang pertama, dengan jangka waktu
pendidikan selama dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker
ini tercatat sekitar 30 orang, sementara itu jumlah apoteker juga mengalami
peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri maupun lulusan
dari dalam negeri.
3.
Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967
Pada
periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam
kenyataannya industri-industri farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang
cukup berat, antara lain kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan
bahan baku obat sehingga industri yang dapat bertahan hanyalah industri yang
memperoleh bagian jatah atau mereka yang mempunyai relasi dengan luar negeri.
Pada
periode ini, terutama antara tahun 1960 – 1965, karena kesulitan devisa dan
keadaan ekonomi yang suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat
berproduksi sekitar 30% dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu, penyediaan
obat menjadi sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari impor. Sementara
itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik banyak terjadi kasus
bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan standar. (Nguyen, Tiffany, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
(20 Oktober 2016).
2. Anonim. 2016. History of Pharmacy. https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_pharmacy.
(20 Oktober 2016).
3. Basak, C.Subal. 2010. Pharmacy Education in India.
(21 Oktober 2016).
4.
Nguyen,Tiffany. 2008. Sejarah Kefarmasian Indonesia.